Pemimpinyang Menghamba. Oleh: Pdt. Nathanael Channing. Markus 10:35-45. Dalam kehidupan bergereja, kita sudah tidak asing lagi mendengar kata-kata "pelayan". Itulah jabatan anak-anak Tuhan yang menerima panggilan untuk melayani-Nya. Kita semua dipanggil untuk menjadi pelayan-pelayan-Nya. Hits 1257Tema renungan kita hari ini adalah “Dipanggil Untuk Melayani “. Dalam beberapa minggu ini kita telah merenungkan kebenaran tentang pelayanan “Diciptakan untuk melayani”, “Diselamatkan untuk melayani” dan “Dipanggil untuk melayani”. Kita telah melihat penciptaan Adam; Paulus, Petrus dan yang lainnya diselamatkan oleh kasih karunia. Hari ini kita akan merenungkan bahwa kita bukan hanya diciptakan, diselamatkan, tapi kita juga sekelompok orang yang dipanggil. Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, manusia tidak dapat melepaskan diri dari belenggu dan kuasa dosa serta semakin jauh dari Tuhan. Tapi kasih Tuhan kepada manusia tidak pernah berubah, sehingga dengan segala cara supaya manusia bisa kembali ke dalam pelukanNya. Bangsa Israel melalaikan kewajibannya Dalam zaman Perjanjian Lama, Allah menampakkan diri kepada Abraham dan memanggilnya dari di Ur-Kasdim, kota berhala serta memerintahkan dia pergi dari negerinya, sanak saudaranya, dan dari rumah bapanya, ke negeri yang akan Dia tunjukkan kepadanya; sekaligus berjanji akan memberkati dia berlimpah-limpah, membuat dia menjadi bangsa yang besar, dan oleh dia semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Lebih lanjut karena Abraham dipanggil, oleh dia segala bangsa akan beroleh berkat, dan oleh keturunannyalah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat Kej. 2217-18. Itu berarti mereka harus menjadi saksi bagi Tuhan dan dapat mengenal TUHAN Allah. Sayangnya, bangsa Israel bukan hanya tidak menyelesaikan tugas ini, sebaliknya merasa dirinya adalah umat pilihan Allah, dan menganggap bangsa-bangsa lain adalah bangsa kafir yang najis bahkan orang berdosa yang tidak sepadan dengan anjing. Keselamatan di dalam Yesus Kristus Puji syukur kepada Tuhan! Ia tidak menyerah karena bangsa Israel mengabaikan kewajibannya, dan mengutus Yesus Kristus datang untuk menggenapi karya besar penebusan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia Yoh. 316, dan di dalam Perjanjian Baru memanggil kita menjadi anak-anak Allah dan umat pilihan baru. Karena kita adalah umat pilihan maka ada misi yang harus kita tunaikan, seperti yang dikatakan 1Ptr. 29 “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”. Juga Amanat agung yang kita semua sangat familiar Mat. 2819-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Apa akibat jika kita tidak menggenapi misi? Orang-orang percaya sering berpikir saya tidak melayani seharusnya tidak ada masalah, terutama hanya saya seorang. Masih ingatkah tema renungan kita dua minggu yang lalu? Hubungan anggota tubuh dan tubuh, karena salah satu anggota tubuh tidak menjalankan fungsinya akan mempengaruhi seluruh aktivitas tubuh. Jika dalam sebuah keluarga ada anggota yang tidak bisa melakukan apa-apa, apakah keluarga ini bisa bahagia dan tenang karena dia? Bahkan dari pengalaman sejarah Israel kita telah melihat yang lebih menyedihkan dan mengerikan. Karena melalaikan kewajiban mereka, menolak nasehat dan peringatan dari para nabi yang dibangkitkan oleh Allah, akhirnya mereka menanggung bencana yang belum pernah dialami oleh bangsa-bangsa lain, berulang kali menjadi negeri jajahan. Perjanjian Lama dan setelah tujuh puluh tahun bencana besar sesudah Masehi, negaranya musnah seribu tahun lebih, dimana-mana mereka mau dibunuh dan ditumpas habis, ini adalah konsekuensi dari melalaikan tugas. Setelah Pentakosta Jemaat Yerusalem didirikan dan mengalami kebangunan besar, tapi tanpa sengaja orang-orang percaya lupa akan misinya, maka Allah mengizinkan penganiayaan hebat Stefanus dan Yakobus dibunuh, orang-orang percaya ditangkap dan dipenjarakan, karena itu terseraklah mereka dan pergi keluar sambil memberitakan Injil. Apakah kita ingin menunggu sampai penganiayaan datang baru mau keluar menunaikan misi kita “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”? Mat. 2819-20; Mrk. 1615-20; Luk. 2446-48; Kis. 18

Kitadipanggil Tuhan untuk berkarya bersama dengan yang lain. Ibu Teresa pernah mengatakan, "Anda bisa melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan. Saya bisa melakukan apa yang tidak dapat Anda lakukan. Bersama-sama kita bisa melakukan hal-hal yang besar."

Bacaan Alkitab II Timotius 41-8 Sebuah syair lagu yang tidak asing lagi untuk kita Hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini untuk melayani Tuhan. Jangan sia – siakan apa yang Tuhan b’ri. Hidup ini harus jadi berkat. Artinya bahwa hidup kita semua adalah hidup dalam panggilan Allah. Bukan soal berapa lama kita hidup, tapi bagaimana selama hidup, kita memberi arti dan menjadi berkat. Bukan soal apa jabatan kita tapi seberapa kesungguhan dan kesetiaan kita untuk melakukan yang terbaik melalui jabatan kita. Bukan supaya kita beroleh pujian tapi supaya Kristuslah yang dipuji dan dimuliakan. Jadi Hidup bukan sekedar mendapatkan hak dan menjalankan kewajiban tetapi hidup adalah untuk memenuhi panggilan pelayanan kita. Jemaat yang dikasihi Tuhan… Bacaan kita hari ini dlm II Timotius 41-8 adalah pengajaran Rasul Paulus kepada Timotius untuk tetap setia dan sungguh – sungguh melayani Tuhan. Paulus menasihati Timotius untuk memenuhi panggilan pelayanan yang telah Allah percayakan kepadanya. Paulus menekankan beberapa hal bagi Timotius tetapi juga bagi kita semua. 1. Bahwa Kristus Yesus yang akan menjadi hakim Oleh karena itu Pelayanan kita dikerjakan dengan setia bukan untuk menyenangkan manusia tetapi untuk menyenangkan Tuhan 2. Panggilan kita adalah senantiasa memberitakan Firman lewat perilaku hidup sehingga menjadi surat Kristus yang terbuka 3. Panggilan kita adalah untuk Kuasailah diri dalam segala hal Menguasai diri berarti sadar dalam segala hal, sabar menderita, tunaikan tugas pelayanan. 4. Panggilan kita adalah Kesiapan untuk berkorban Banyak yang harus korbankan. Kadangkala bukan darah yang tertumpah tapi harga diri, sifat-sifat kedagingan kita yang harus kita tanggalkan. Tanpa pengorbanan tiada kemuliaan. 5. Panggilan kita adalah untuk bertahan sampai akhir 7-8. Paulus mengakhiri pertandingan dengan baik. Paulus menneladani Kristus yang menjalankan Misi sampai tuntas. Paulus memelihara iman hingga mencapai garis akhir. Paulus tidak pernah berhenti karena tantangan karena pemenjaraan bahkan karena maut sekalipun. Karena itulah Paulus berpesan dengan “sungguh-sungguh” pada Timotius dan bagi kita semua. Kata sungguh2 yang dipakai di sini mengandung arti pesan yang sungguh-sungguh, kesaksian yang sepenuh hati, perintah yang ditegaskan, dorongan yang sangat kuat. Paulus memang sangat mendesak Timotius soal kesungguhan ini karena memang situasi pada saat itu sungguh kritis. Pertama, karena makin berkembangnya ajaran-ajaran palsu situasi dunia yang bisa mengendorkan kesungguhan bagi Tuhan. 3-4. Kedua, karena Paulus soal waktu. Paulus sadar waktu hidupnya tidak lama lagi. Tidak ada yang abadi dalam hidup. Hanya Tuhan yang abadi. Hidup Paulus ada batasnya dan kerja Paulus ada akhirnya. Karena itu waktu tidak boleh disia- siakan agar dapat menyelesaikan pertandingan dengan baik. Jemaat Tuhan, Hari ini di tengah-tengah jemaat, akan kita saksikan 1. Pelantikan Koordinator Majelis Kelompok Getsemani dan Sekretaris Urusan Pekabaran Injil juga serah terima Jabatan Ketua Majelis Jemaat. Bagi yang dilantik dan kita semua Tidak ada pelayanan yang kecil bagi Tuhan; semuanya itu penting 2. Serah Terima Jabatan Ketua Majelis Jemaat. Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Tapi tiap-tiap orang dan di sepanjang masa tetap belajar sungguh-sungguh dalam pertandingan ini hingga mencapai garis akhir. Arah kita bukan pada orang, tetapi pada Kristus yang memimpin setiap pekerja memenuhi panggilanNya. Arah kita juga bukan pada masa karena setiap masa pasti berbeda. 10 tahun yang terlewati akan bebrbeda dengan 20 tahun akan datang. Sesungguhnya arah kita adalah pada Kristus sang penguasa masa. 3. Dalam Minggu ini pada hari Jumat nanti kita akan merayakan HUT ke - 62 GKI Di Tanah Papua. Mari kita menjadi warga Gereja yang sungguh-sungguh memelihara iman. Pelihara imanmu dalam pergaulanmu, Pelihara imanmu dlm pekerjaanmu, jaga imanmu di dalam keluargamu. Berdirilah pada nilai-nilai imanmu. 4. Bagi kita yang melayani sebagai pemimpin, mari kita bangun kesadaran yang sungguh untuk memenuhi panggilan pelayanan dengan setia. Setia dalam pemberitaan firman dan setia dalam pelayanan yang telah Tuhan percayakan. Dengan demikian, kita dapat mengarahkan jemaat di dalam kebenaran Tuhan sehingga mereka tidak mudah terseret dalam kesesatan. 5. Bagi kita semua, marilah kita mencintai firman Tuhan dengan lebih sungguh lagi. Pelajari dengan lebih rajin dan tekun sehingga kita dapat membedakan ajaran yang benar dan palsu, serta dapat melayani Tuhan di dalam kehendak-Nya. Melayani bukan untuk mencari berkat tetapi untuk menjadi berkat. Melayani bukan supaya dilihat orang tetapi supaya orang melihat Kristus. Melayani bukan sebuah kewajiban tapi panggilan. Layanilah Tuhan selagi masih ada waktu. Penuhilah panggilan pelayananMu. Tuhan memberkati! _WarOpen, 0702'19_
Kitasemua ditentukan, dipanggil dan dibenarkan. Yesaya 55 : 8 - 9. Jalan-jalan Tuhan melampaui semua jalan dan rancangan kita. Tuhan tidak pernah keliru. Dia memanggil dan mempersiapkan pekerjaan bagi kita, yaitu Amanat Agung, karena itulah tugas pangilan kita selama masih bernafas di bumi ini.
Ps. Debora Henubau Ringkasan Khotbah 18 Februari 2018 Pembacaan Alkitab Efesus 2 10 Semua manusia diciptakan oleh Tuhan, namun orang-orang pilihan Tuhan, yang diangkat sebagai anak-Nya diciptakan dalam Kristus Yesus. Artinya kita dilahirkan dalam roh, itulah kelahiran baru. Dan tujuan kita diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya, dan Dia mau supaya kita hidup di dalamnya. Jadi setiap orang itu diciptakan dengan tujuan Tuhan di dalam hidupnya. Tuhan sudah mempunyai rencana planning untuk kita ada di dalam dunia ini. Bagaimana pun caranya kita terlahir secara jasmani di dunia ini bukanlah hal yang menentukan. Karena sejak kita lahir baru, yaitu percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat pribadi dan di baptis, maka hidup yang lama sudah berlalu, karena hidup baru sudah datang! Alkitab ini adalah firman Tuhan, dan apa saja yang Tuhan sudah siapkan untuk kita, tercatat semua di dalam firman-Nya. Tidak peduli apa latar belakang kita dulu, sebelum di dalam Kristus, karena di dalam Kristus kita telah diubahkan. Tuhan sudah siapkan pekerjaan baik dalam rancangan-Nya bagi kita, supaya kita hidup di dalam setiap rencana-Nya. Tuhan itu luar biasa dan tidak bisa diukur dengan ukuran manusia. Dan Tuhan yang berkuasa itu peduli kepada kita dan membuat rancangan-Nya atas hidup kita. Kita semua sudah ditentukan, dipilih, dan dipisahkan dikuduskan dari dunia ini untuk menjadi anak-anak Bapa di surga dan dipersiapkan untuk melayani-Nya. Efesus 1 3 Tuhan sudah mengaruniakan segala berkat rohani di dalam Surga bagi kita, dan itulah pemberian Tuhan the grace of God Ayat 4 Bapa di surga sudah memilih kita di dalam Tuhan Yesus Kristus! Jadi kalau Tuhan sendiri yang berbicara lewat firman-Nya untuk memilih kita, maka JANGAN RAGU! Dia memilih dan merencanakan kita dalam pikiran dan hati-Nya, sebelum segala sesuatu dijadikan. Pikiran manusia tidak bisa memahaminya, karena terbatas ruang dan waktu. Jalan dan rancangan Tuhan itu tidak terselami, dan melampaui pikiran kita. Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan, dan bukan gambar dan rupa yang lain. Kita semua dipilih Tuhan karena kita dikasihi-Nya, bahkan saat ini jika kita tertanam dan bertumbuh serta melayani di GDS semua itu karena panggilan dan pilihan Tuhan atas hidup kita, dan sejak dalam Kristus yang lama sudah berlalu, artinya masa lalu kita dihapuskan, karena yang baru telah datang. Karena itu hiduplah sebagai orang yang merdeka di dalam Kristus. Ayat 5 Dalam kasih Tuhan telah menentukan kita dari semula oleh Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya. banyak orang tidak akan bisa mengerti tentang kasih Tuhan, karena pada umumnya kasih manusia itu berbalas dan terbatas. Jika kita sudah dipilih dan dipercayakan untuk melayani Tuhan, maka hargai panggilan Tuhan, dan jangan ragu siapa identitas kita, kita adalah anak-anak Bapa, ahli waris-Nya. Bapa rela memberikannya kepada kita segala sesuatu, maka dari itu kita harus sukacita untuk menerima segala sesuatu dari-Nya. Ayat 13 Di dalam Kristus pada waktu kita percaya, kita dimeteraikan oleh Roh Kudus atas apa yang Bapa janjikan. Roh Kudus itu adalah Tuhan sendiri. Di dalam Roh Kudus kita diberikan akses untuk bersekutu dengan Bapa dalam doa, karena Roh kudus diberikan dan mengajarkan bagaimana kita harus berdoa. Ayat 14 Roh Kudus menjadi jaminan sampai kita menerima semua apa yang menjadi milik kita. Roh Kudus diberikan kepada kita sejak kita ada di dalam dunia sebagai “kepastian” atau “tanda jadi” sehingga kita berhak menerima segala sesuatu yang Bapa sediakan. Roh Kuduslah yang menolong dan memampukan kita untuk melayani Tuhan, itu sebabnya kita tidak melayani dengan kekuatan secara daging. Apapun latar belakang kita, Tuhan sudah memilih kita untuk menggenapi rencangan-Nya dalam hidup kita. Galatia 1 15 Tetapi karena kebaikan hati Allah, Ia memilih saya sebelum saya lahir dan memanggil saya untuk melayani Dia. Paulus sebelumnya adalah Saulus, seorang penjahat yang menganiaya dan membunuh orang-orang percaya, mengalami panggilan Tuhan, dia diubahkan menjadi seorang rasul yang hidupnya menjadi berkat bagi dunia, dan hampir sebagain besar Perjanjian Baru ditulis olehnya. Paulus mungkin tidak pernah berpikir tentang panggilan Tuhan atas dirinya, bahwa dia juga akan mati demi Kristus, namun semuanya itu semata-mata karena kasih karunia Tuhan atas dirinya. Mazmur 139 13 – 18 baca Tuhan membentuk kita, dan menenun kita dalam kandungan, itu sebabnya kejadian kita dahsyat dan ajaib, itulah mujizat Tuhan. Tuhan menciptakan kita sempurna dan berharga. Kita harus bersyukur kepada Tuhan! Tuhan sudah merekam seluruh hidup kita sejak awal sampai akhir dalam kekekalan bersama dengan-Nya. Oleh sebab itu, kita harus menghargai hidup kita jangan disia-siakan jangan meniru atau ikut-ikutan dunia ini, kita harus pakai hidup kita untuk kemuliaan Tuhan. Mata Tuhan sudah melihat kita pada waktu bakal anak, dan dalam kitab-Nya semuanya tertulis tentang kita. Di surga ada rancangan Tuhan buat kita sejak awal sampai akhir. Jadi Tuhan sudah memiliki rancangan untuk kita, rancangan damai sejahtera dan memberi kita masa depan yang penuh harapan. Yeremia 29 11. Rancangan Tuhan bagi kita adalah KEBAIKAN. Apapun keadaan kita Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan Roma 8 28. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Tuhan tidak pernah bertentangan dengan diri-Nya sendiri, dan apa yang Ia firmankan! Jadi jangan menganggap semua musibah dan kesulitan datang dari Tuhan. Justru Tuhanlah yang mengubah hal-hal yang menurut kita buruk/ sulit untuk mendatangkan kebaikan atas hidup kita, karena Tuhan itu baik adanya. Pikiran Tuhan tidak bisa kita disalami, rancangan-Nya melampaui rancangan kita, dan kita hanya bisa menerimanya dengan iman sebagai kasih karunia Tuhan. Betapa bernilainya pikiran Tuhan yang indah tentang kita, dan Tuhan berjanji bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan selalu hadir dan peduli terhadap hidup kita. Yeremia 1 5. “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau , dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” Lukas 19 30 – 36 Jikalau Tuhan saja memilih keledai yang lemah untuk tujuan-Nya yang mulia, apalagi kita anak-anak-Nya, yang dipilih dan ditetapkan untuk rancangan-Nya yang besar. Oleh sebab itu, jangan ragu dan jangan kehilangan identitas diri kita di tengah-tengah dunia ini. Roma 8 29 – 30 Kita diipilih dari semula ditentukan dari semula di dalam Kristus. Supaya Tuhan Yesus menjadi yang Sulung diantara kita. Karena melalui kematian dan kebangkitan Kristus kita menjadi anak-anak Bapa di Surga. Kita semua ditentukan, dipanggil dan dibenarkan. Yesaya 55 8 – 9. Jalan-jalan Tuhan melampaui semua jalan dan rancangan kita. Tuhan tidak pernah keliru. Dia memanggil dan mempersiapkan pekerjaan bagi kita, yaitu Amanat Agung, karena itulah tugas pangilan kita selama masih bernafas di bumi ini. Jangan sia-siakan hidupmu, hiduplah untuk menggenapi rancangan Tuhan. Amin! 1 Panggilan melayani adalah pangilan yang istimewa, mulia dan kudus (ayat 26) Perlu kita sadari bahwa kita adalah orang yang berdosa, sementara Tuhan yang empunya ladang pelayanan adalah kudus. Kalau kita bisa dipanggil untuk melayani itu adalah anugerah Tuhan.
Di akhir jaman ini banyak penyimpangan yang terjadi di gereja-gereja Tuhan. Penyesatan dimana-mana, dan banyak sekali penyimpangan-penyimpangan ajaran di gereja Tuhan. Banyak jemaat Tuhan yang ke gereja karena mengidolakan hamba Tuhannya, bukan Tuhan yang dicari. Gereja Tuhan hari-hari ini mempertontonkan pertunjukan-pertunjukan yang tidak sesuai dengan kebenaran, supaya menarik anak-anak muda. Banyak orang tidak sadar bahwa dia di tipu oleh penyesat- penyesat. Bukan Tuhan yang disembah, tetapi hanya kedagingan mereka yang disenangkan. Gereja sedang dalam kesakitan. Karena itu kita harus hidup dalam kebenaran yang murni. Kesesatan harus diberitakan, bukan hanya tentang berkat-berkat saja yang perlu dikumandangkan oleh gereja-gereja Tuhan. Kita membutuhkan Revival. Revival bukan EO rohani, yang dikemas dengan pertunjukan mewah, artis-artis terkenal, atau musik yang spektakuler. Revival adalah hati yang berbalik kepada Kristus, hati yang bertobat, Hati yang diberikan kepada rencana dan kehendak Tuhan. Yunus dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan tentang Tuhan kepada Niniwe. Tetapi dia hendak melarikan diri ke Tarsis. Sehingga Tuhan mendidik Yunus, Tuhan membiarkan dirinya jatuh ke laut dan masuk dalam perut ikan selama 3 hari. Tuhan memanggilnya kembali ke panggilannya yang semula memenangkan kota Niniwe, sehingga seluruh Niniwe mengenal Tuhan Yunus 13. Tuhan punya panggilan untuk setiap kita Mungkin kita juga seperti Yunus, kita melarikan diri dari panggilan Tuhan. Tetapi Tuhan begitu rindu mempertahankan dan mengejar setiap kita. Tuhan sudah menyiapkan sebuah misi untuk kita kerjakan dalam hidup ini. Sayangnya banyak orang yang tidak mau menjalankan misinya. Mereka mau mengatur hidup mereka sesuka hatinya. Pada mulanya, Yunus dengan sengaja menaiki perahu yang tujuannya bukan ke Niniwe. Apakah kita juga demikian? Jangan salah menaiki kapal! Ada kapal yang bisa membawa kita menuju panggilan kita, dan ada kapal yang bisa membuat kita jauh dari panggilan Tuhan. Ada kapal pesiar yang isinya orang2 kaya, mereka berpesta pora dalam kapal, sedangkan pelayan-pelayan bekerja keras untuk melayani orang-orang kaya itu. Berbeda dengan kapal perang. Dalam kapal perang semua bergandengan tangan untuk menghadapi peperangan di depan mereka. Gereja Tuhan harusnya menjadi kapal perang, yang tujuannya membawa kita kepada kemenangan. Banyak orang yang lari dari panggilannya. Tetapi Tuhan panggil lagi Yunus dengan cara-Nya. Ini adalah sebuah proses penyadaran. Kalo kita ingin diangkat Tuhan, kita harus siap diproses dan dimurnikan Tuhan. Ketika Yunus mendapatkan panggilan yang kedua, Yunus taat dan melakukan apa yang Tuhan katakan. Ketika dia meresponi panggilan Tuhan, satu kota diselamatkan. Tuhan juga rindu memakai kita untuk menjadi alat-Nya menjangkau mereka yang terhilang. Bagi tuhan, jiwa-jiwa itu sangat berharga. Mari ajak orang-orang sekeliling kita untuk mengenal Tuhan. Diperlukan orang-orang yang meresponi panggilan-Nya. Dibutuhkan orang-orang yang mau dipakai Tuhan menggenapi rencana-Nya yang besar. Maukah anda meresponinya?

Karenaitu, untuk mengenal isi hati Tuhan, kita harus berelasi dekat denganNya. Jangan terlalu percaya diri bahwa apapun yang kita lakukan adalah hal yang Tuhan mau. Sebagai contoh, banyak orang bekerja keras untuk memenuhi gereja, padalah perintah Tuhan adalah 'jadikan semua bangsa muridKu' dan bukan sekedar 'penuhilah gerejaKu'.

Selamat sore brother dan sister. Saya membawa salam dari para anggota serta misionari yang luar biasa dari Amerika Latin. Sebagaimana kebanyakan Anda sudah tahu bahwa Penatua dan Sister Dallin Oaks dan Penatua dan Sister Holand dipanggil untuk masing-masing melayani Gereja di area Pilipina dan Chili. Bila ada tanda-tanda percakapan, ini membuktikan lebih merupakan urusan Gereja daripada anggapan anggota. Apapun spekulasinya, saya pikir saya memiliki wewenang untuk memastikan Anda bahwa kami tidak pergi sejauh ini sebagai dua orang pembawa malapetaka. Bagi mereka yang mencari “tanda”, ambillah sebagai tanda Gereja yang hebat, sedang tumbuh secara internasional dengan anggota-anggota serta misionari yang tersebar dengan pasti mengarungi lautan bahasa dan benua. Merupakan sukacita tersendiri berjumpa dan melayani Orang Suci Zaman Akhir di manapun berada, dekat atau jauh, di rumah atau di luar negeri dan kami bersyukur atas doa-doa dan perhatian Anda terhadap pekerjaan ini. Pelayanan dari Dua Belas Rasul ini tentunya bukan barang baru dan saya harus mengatakan bahwa generasi kita memiliki tantangan yang tidak sesulit leluhur mereka. Yang paling menyenangkan adalah Sister Holland ada di sisi saya, daripada meninggalkan dia sendiri di rumah mengurus dirinya serta anak-anak kami. Lebih lanjut, saya tidak perlu bekerja kasar di sepanjang jalan untuk membayar tiket ke Santiago. Kami terbang menuju tujuan kami dalam beberapa jam di sebuah pesawat jet modern dan tidak dengan berlayar berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan di geladak kapal. Saya tidak terserang kedinginan dan demam, demam malaria, kolera atau TBC, meskipun saya sedikit kedinginan karena tertundanya pesawat selama satu jam. Saya harap kesulitan saya ini memungkinkan saya bertemu dengan Petrus dan Paulus, Brigham dan Heber. Seperti kebanyakan Anda, saya tumbuh mendengarkan kisah-kisah para pemimpin zaman dahulu yang pergi ke Canada, Inggris, Skandinavia, Benua Eropa dan Lautan Pasific, Mexico, Asia dan seterusnya. Baru-baru ini saya membaca misi singkat Parlet P. Pratt ke Chili dimana keluarga Pratt mengalami kematian putra mereka serta menguburkan bayi ini di Valparaiso. Saya membaca mengenai Penatua Melvin J. Ballard yang dipanggil untuk menguduskan Amerika Selatan ketika benua yang menakjubkan ini masih merupakan ladang misi yang baru dan menggoda. Pelayanan yang membangun Gereja yang masih muda dan sedang tumbuh ini tidak terlalu banyak dipikirkan. Kadang kala rintangan besar dan harganya pun mahal. Kita tidak saja berbicara mengenai para pemimpin zaman dulu yang pergi melayani, tetapi juga para wanita yang menyokong mereka—dan sebagai tambahan menyokong diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, dengan tinggal di rumah membesarkan serta melindungi keluarga mereka, bagian lain dari kebun anggur Tuhan ini yang ditekankan pentingnya. Pada hari keberangkatan kedua kali suaminya ke Inggris, Vilate Kimball demikian lemah, menggigil karena demam malaria, sehingga dia tidak bisa melakukan apa pun selain dengan lemah menjabat tangan suaminya waktu dia masuk dengan air mata ucapan selamat tinggal. Putra kecil mereka David masih berusia kurang dari empat minggu, dan hanya satu-satunya anak, Heber Parley yang berusia empat tahun, cukup sehat untuk membawa air bagi keluarga yang sedang sakit ini. Pada saat-saat keberangkatan suaminya, Vilate kehilangan tenaga dan harus dibantu kembali ke tempat tidurnya. Mary Ann Young dan anak-anaknya sama sakitnya ketika Brigham meninggalkan mereka menjalankan misi yang sama, dan situasi keuangan mereka sama tidak pastinya. Uraian yang menghancurkan hati ini menggambarkan perjalanannya menyebarangi sungai Mississippi di musim dingin yang menyengat, dengan pakaian yang tipis dan menggigil kedinginan, memegang bayi perempuannya saat dia pergi ke kantor persepuluhan di Nauvoo untuk minta kentang. Lalu masih menderita demam, dia berjalan pulang ke sungai yang berbahaya ini, tidak pernah menulis sedikitpun mengenai kesulitan-kesulitan demikian kepada Kita hampir tidak pernah menghadapi situasi semacam itu dewasa ini, meskipun banyak misionari dan anggota masih berkurban besar untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Sewaktu berkat datang dan Gereja menjadi matang, kita semua berharap bahwa pelayanan tidak akan pernah sesulit seperti yang didapati oleh para anggota gereja di zaman dahulu, namun saat para misionari melagukan lagu dari Oslo ke Osorno dan dari Seattle ke Cebu hari ini, kita “dipanggil untuk melayani.”2 Untuk melindungi keluarga kita dan melayani dengan setia di Gereja tanpa berlari lebih cepat daripada kekuatan kita,3 membutuhkan kebijaksanaan, penilaian, bantuan ilahi—dan pengorbanan yang tak dapat dihindarkan. Dari Adam sampai ke saat ini, iman sejati kepada Tuhan Yesus Kristus selalu dihubungkan dengan persembahan pengurbanan, hadiah kecil kita yang merupakan pancaran pengurbanan Dengan pikiran mantap pada Kurban Tebusan Yesus Kristus, Nabi Joseph Smith mengajarkan bahwa “agama yang tidak memberikan pengurbanan tidak dapat memiliki kuasa mendatangkan janji hidup yang Izinkan saya membagikan satu teladan modern mengenai tantangan dan berkat yang dihasilkan dari “panggilan untuk melayani”. Baru baru ini seorang sister mengatakan kepada sahabatnya “Saya ingin mengatakankepadamu tentang saat saya berhenti membenci waktu suami saya dan pengurbanannya sebagai seorang uskup. Nampaknya aneh betapa “keadaan darurat” timbul dengan seorang anggota lingkungan tepat saat dia dan saya akan berangkat untuk melakukan sesuatu yang khusus bersama. “Suatu saya mencurahkan keputusasaan saya dan suami saya setuju bahwa kita harus setuju, selain malam-malam Senin, satu malam tambahan dalam satu minggu hanya untuk kami. Jadi, “malam kencan” pertama kami tiba dan kamu sudah mau masuk ke dalam mobil kami satu sore bersamaan ketika telepon berdering. “Ini ujian,” saya tersenyum kepadanya. Telepon terus berdering. Ingat persetujuan kita. Ingat kencan kita. Ingat saya. Biarkan telepon berdering.’ Pada akhirnya saya tidak tersenyum. “Suami saya yang malang kelihatan terjebak antara saya dan deringan telepon. Saya sungguh tidak tahu bahwa loyalitasnya yang tertinggi adalah kepada saya dan saya tahu sore itu dia ingin bersama saya sebesar seperti saya menginginkannya. Namun nampaknya dia lumpuh begitu mendengar suara telepon. Sebaiknya saya periksa, akhirnya dia berkata dengan mata sedih. “Mungkin tidak ada apa-apa.” “Bila kamu lakukan, kencan kita pasti hancur, isak saya. “Saya sangat tahu itu.” Dia meremas tangan saya dan berkata, “Saya akan kembali,” dan dia berlari ke dalam mengambil telepon. Suami saya tidak segera kembali ke mobil, saya tahu yang sedang terjadi. Saya keluar dari mobil, ke dalam rumah dan ke tempat tidur. Keesokan harinya dia minta maaf dengan lembut, saya menerima permintaan maafnya dengan lebih lembut dan begitulah akhirnya. Atau begitulah pikir saya. Saya mendapati peristiwa itu masih mengganggu saya beberapa minggu kemudian. Saya tidak menyalahkan suami saya, tetapi saya kecewa. Kenangan itu masih baru ketika saya berhadapan dengan seorang wanita di lingkungan yang hampir tidak saya kenal. Dengan ragu, dia minta kesempatan berbicara. Lalu dia mengatakan bahwa dia jatuh cinta dengan pria lain yang mendatangkan semangat ke dalam hidupnya yang membosankan, dia dengan suaminya yang bekerja penuh waktu, dan menjadi mahasiswa di universitas. Apartemen mereka kecil sekali. Dia memiliki anak-anak kecil yang sering kali menuntut, ribut dan melelahkan. Dia mengatakan “Saya sangat tergoda untuk meninggalkan yang saya pandang sebagai keadaan yang menjengkelkan, dan pergi begitu saja dengan pria itu. Keadaan saya demikian rupa sehingga saya merasa saya pantas mendapatkan lebih baik daripada yang saya peroleh. Rasio saya membujuk saya untuk memikirkan bahwa saya dapat pergi dari suami saya, anak-anak saya, perjanjian bait suci saya dan gereja saya, dan menemukan kebahagiaan bersama orang asing.” Dia berkata, “Rencananya sudah mantap, waktu melarikan diri sudah ditentukan. Namun, sedetik saja kesadaran saya mengatakan kepada saya untuk menelepon suami Anda, uskup saya. Saya berkata “kesadaran,” tetapi saya tahu bahwa itulah bisikan langsung dari surga. Hampir bertentangan dengan kehendak saya, saya menelepon Telepon berdering dan berdering dan berdering. Itulah keadaan benak saya yang saya pikirkan, “Jika uskup tidak menjawab, maka merupakan tanda bahwa saya harus menjalani rencana saya.” Telepon tetap berdering dan saya hampir menaruh telepon dan berjalan ke arah kehancuran ketika tiba-tiba saya mendengar suara suami Anda. Suara itu menghujam jiwa saya seperti kilat. Tiba-tiba saya mendengar isakan saya, mengatakan, “Uskup, Andakah? Saya berada dalam kesulitan, Saya butuh bantuan.” Suami Anda datang menolong dan saya selamat hari ini karena dia menjawab telepon itu. “Saya kembali dan menyadari bahwa saya lelah dan lemah. Tetapi saya mengasihi suami dan anak-anak saya dengan sepenuh hati saya. Saya tidak bisa membayangkan tragedi kehidupan saya tanpa mereka. Masih ada saat-saat menuntut dari keluarga saya tetapi saya tahu setiap orang memilikinya. Tetapi kami telah mengemukakan beberapa masalah itu, dan keadaanya lebih terang dan pada akhirnya akan membaik. Lalu dia berkata,” Saya tidak terlalu mengenal Anda tetapi saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan kepada suami Anda dalam pemanggilannya. Saya tidak tahu berapa mahal pelayanan seperti itu bagi Anda, atau bagi anak-anak Anda tetapi pada saat sulit khususnya ada orang yang membayar, ketahuilah betapa bersyukurnya saya bagi orang-orang yang berkorban seperti Anda dalam membantu menyelamatkan orang seperti saya.” Saudara dan saudari, pahamilah bahwa saya salah seorang yang berkhotbah dengan empati yang lebih bisa diatur, lebih nyata akan pengharapan para uskup dan pemimpin lainnya. Saya merasa bahwa tuntutan sipil, professional, dan lainnya yang luas telah membawa para orang tua, termasuk dan khususnya para ibu, keluar rumah dimana anak-anak dibesarkan merupakan satu diantara masalah yang paling serius di masyarakat modern. Dan karena saya teguh terhadap para pasangan dan anak-anak yang pantas mendapatkan waktu yang kudus dan ditentukan bersama suami dan ayah, sembilan kali dari sepuluh saya akan setuju dengan isteri yang mengatakan agar suaminya tidak menjawab telepon itu. Tetapi saya bersyukur dengan cara saya sendiri seperti wanita muda ini bahwa seketika uskup yang baik ini mengikuti bisikan Roh dan menanggapi “panggilan” nya dalam hal ini, secara harfiah—“panggilan-Nya untuk melayani.” Saya bersaksi akan rumah tangga, dan keluarga dan pernikahan, merupakan milik umat manusia yang paling berharga dalam kehidupan kita. Saya bersaksi akan pentingnya melindungi dan menjaga mereka selagi kita menemukan waktu dan cara untuk melayani dengan setia di Gereja. Selama saat yang jarang terjadi itu ketika tanggung jawab keluarga bertentangan dengan “panggilan untuk melayani” lainnya, apabila Roh dan kewajiban kita membutuhkan kita untuk bertindak, saya memuji para isteri yang duduk makan sendirian, saya memuji para suami yang membuat makan malamnya sendiri, dan setiap anak yang pernah kecewa karena penundaan perjalanan kamping mereka atau pertandingan bola dimana orang tua terpaksa kehilangan kesempatan untuk menghadirinya [yang saya harap tidak keseringan]. Saya memuji para presiden misi dan istrinya, anak-anak mereka, setiap pasangan senior yang dipanggil melayani bersama mereka, dan yang lainnya yang untuk jangka waktu tertentu kehilangan kesempatan menghadiri kelahiran dan pembaptisan, pernikahan dan pemakaman, pengalaman keluarga dan yang menyenangkan dalam menanggapi “panggilan untuk melayani.” Saya berterima kasih kepada semuanya yang dalam keadaan penuh tantangan di seluruh gereja, yang dengan sederhana “melakukan yang terbaik sesuai kemampuan mereka untuk membangun kerajaan Allah di bumi.” Saya bersaksi akan pengurbanan dan pelayanan Tuhan Yesus Kristus yang memberi setiap hal bagi kita dan dengan semangat memberi mengatakan “ikutlah Aku.”6 “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku,” kata-Nya, “dan dimana Aku berada, disitu pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”7 Pelayanan demikian dengan jelas membawa keputusan yang menantang mengenai cara menyelaraskan prioritas dan cara yang terbaik menjadi murid yang Dia harapkan kita menjadi. Saya berterima kasih bagi bimbingan ilahi-Nya dalam membantu kita membuat keputusan itu dan membantu kita menemukan jalan yang benar bagi semua orang. Saya berterima kasih kepada-Nya bahwa “penyakit kitalah yang ditanggungnya dan kesengsaraan kita yang dipikulnya”8 dan bahwa Dia memanggil kita melakukan beberapa hal yang sama untuk satu sama lainnya. Dalam nama kudus Yesus Kristus, amin.
Demikianjuga kita dipanggil untuk melayani. John Piper mengatakan " To receive Christ, cost nothing. To follow Christ, cost something. To serve Christ, cost everything ." Mengorbankan segala-galanya adalah harga sebuah panggilan dalam melayani Tuhan. Oleh sebab itu, banyak orang yang lebih suka dilayani dari pada melayani.

Dipanggil untuk melayani Tuhan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari Injil Lukas 101-12. Secara lengkap kebenaran firman Tuhan tersebut saya kutip dan dilampirkan di bawah ini. 1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. 2 Kata-Nya kepada mereka “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. 3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. 4 Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan. 5 Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu Damai sejahtera bagi rumah ini. 6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. 8 Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, 9 dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka Kerajaan Allah sudah dekat padamu. 10 Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah 11 Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini Kerajaan Allah sudah dekat. 12 Aku berkata kepadamu pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu”. Secara teologis panggilan melayani Tuhan tidak terjadi dengan sendirinya. Itu bukan kehendak manusia. Panggilan terjadi karena Tuhan menghendakinya. Tuhan yang memilih dan mengutus tiap orang untuk terlibat dalam karya-Nya. Pemilihan dan pengutusan itu bukan didasarkan kepada kehebatan dan kelayakan kita. Tetapi semua itu didasarkan pada kehendak, kedaulatan dan otoritas serta kuasa Tuhan. Melalui nas ini, kita melihat bahwa ketika Tuhan memilih dan mengutus, kita tidak boleh bertanya pergi ke mana, dengan siapa, dan apa yang perlu dibawa. Sebaliknya, responslah panggilan itu dan jalanilah dengan sukacita. Ketika Tuhan menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka pergi ke setiap kota dan tempat, Dialah yang memberitahukan dengan siapa mereka bekerja, bagaimana menghadapi situasi pelayanan dan karakter manusia yang beragam, serta bagaimana seharusnya bersikap ketika mengalami penerimaan atau penolakan Lukas 104-11. Tuhan tidak pernah salah memilih dan mengutus orang bekerja dalam kebun anggur-Nya. Untuk memenuhi panggilan pelayanan, sudah seharusnya seseorang tidak dibebani dengan hal-hal materi 4, tidak memaksakan keinginan, melainkan hanya fokus pada tugas panggilannya. Seorang pelayan harus melayani sesuai kehendak Tuhan dan bertanggung jawab merespons panggilan karena panggilan itu menyatakan kuasa Allah melalui pertobatan dan pewartaan Kerajaan Allah. Panggilan melayani Tuhan merupakan anugerah yang diberikan seturut kehendak-Nya. Karena itu, setiap orang yang dipanggil dalam pelayanan harus menyatakan kerelaan tanpa paksaan karena panggilan pelayanan tersebut adalah kesempatan yang dianugerahkan Tuhan. Jika melayani hanya menginginkan tempat yang aman dan nyaman, kehidupan yang terjamin, mendapat penghormatan dan penghargaan, maka janganlah memberi diri menjadi pelayan. Semua itu bukanlah dasar pelayanan yang diajarkan Alkitab. Ingatlah panggilan melayani Tuhan menuntut kesediaan diri melayani seturut kehendak Tuhan.

Yesusberkuasa atas segala sesuatu, namun Dia menggunakan kuasa-Nya itu untuk melayani orang lain. Dia yang dipanggil "Tuhan" oleh para rasul di ruang atas, sesungguhnya adalah satu-satunya Pribadi yang memiliki hati seorang hamba ( Yohanes 13:2-17 ). Pdt. Esra Alfred Soru, MPdK. Dalam Perjanjian Lama kita mengenal sejumlah nabi yang dipanggil untuk melayani Tuhan dan masing-masing nabi itu mempunyai kisah yang unik di dalam panggilan mereka untuk melayani Tuhan. Musa misalnya, ia dipanggil Tuhan dalam pelariannya setelah membunuh seorang Mesir atau Samuel yang dipanggil dalam usia yang masih sangat kecil lewat sebuah mimpi. Hari ini kita akan mempelajari panggilan Tuhan atas seorang nabi yang bernama Elisa. Mari kita baca 1 Raja-Raja 199-21 gadget, bisnis, otomotif 1 Raja-Raja 1919-21 – 19 Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. 20 Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya "Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau." Jawabnya kepadanya "Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu." 21 Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudianmakanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya. Dari bacaan ini terlihat bahwa Elialah yang memanggil Elisa tapi hal itu harus dianggap sebagai panggilan dari Tuhan karena sebenarnya Tuhanlah yang menyuruh Elia memanggil Elisa. 1 Raja-Raja 1915-16 – 15 Firman TUHAN kepadanya "Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. 16 Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau. Terkait dengan panggilan Elisa ini, kita akan mempelajari teks ini dengan membaginya menjadi beberapa bagian I. ELISA SEBELUM / PADA SAAT DIPANGGIL. Elisa dipanggil oleh Tuhan melalui Elia. Tetapi bagaimana sesungguhnya keadaan / kondisi Elisa sebelum ia dipanggil atau saat ia dipanggil oleh Tuhan? Mari perhatikan ayat 19 1 Raja-Raja 1919 - Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yan kedua belas….” Ayat ini memperlihatkan pada kita 2 hal tentang Elisa sebelum / pada saat dipanggil oleh Tuhan. a. Elisa dipanggil sementara ia bekerja. Dari ayat ini nampak bahwa ketika Elisa dipanggil, ia sementara sibuk bekerja. Pada saat itu tidak sedang menganggur / bermalas-malasan. Menarik untuk diamati dan direnungkan bahwa semua orang yang dipanggil oleh Tuhan untuk melayani Dia adalah orang-orang yang rajin bekerja. Musa. Keluaran 31-2,10 – 1 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. 2 Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api 5 Lalu Ia berfirman ….10 Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir. Daud. 1 Samuel 1611-12 – 11 Lalu Samuel berkata kepada Isai "Inikah anakmu semuanya?" Jawabnya "Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba." Kata Samuel kepada Isai "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari." 12 Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia. Amos. Amos 714-15 – 14 Jawab Amos kepada Amazia "Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungutbuah ara hutan. 15 Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel. Petrus dan Andreas. Matius 418-20 – 18 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 19 Yesus berkata kepada mereka "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." 20 Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Yakobus dan Yohanes. Matius 421-22 – 21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka 22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia. Matius. Matius 99 - Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Perhatikan bahwa Matius duduk bekerja bukan duduk-duduk. Fakta ini menunjukkan bahwa Tuhan mau memakai orang-orang yang rajin bekerja. Mengapa? Karena orang-orang itu nantinya akan disebut sebagai “pekerja” di ladang Tuhan. Matius 1010 - Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Matius 937-38 – 37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." 2 Timotius 215 - Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. Bagaimana mereka bisa menjadi pekerja di ladang Tuhan jikalau mereka adalah orang-orang yang malas? Mereka tidak akan berguna bagi Kerajaan Allah. Pulpit Commentary - “God never calls an idle man” Allah tidak pernah memanggil orang yang malas Anonim – Berdasarkan pengalaman kita, kita dapat mengatakan bahwa hanya ada satu macam orang yang berguna – mereka yang rajin. Seorang pemalas dibenci. Seorang saudara pernah mengatakan bahwa iblis pun tidak dapat berbuat apa-apa terhadap orang yang malas. Jika ada orang yang tidak berguna di muka bumi, ia pastilah seorang yang malas. Allah tidak akan menggunakan seorang pemalas. Setiap orang yang digunakan Allah berjerih lelah dan bekerjadengan rajin dalam pelayanan-Nya. Karena itu Allah mau memakai orang-orang yang rajin bekerja! Jangan mimpi saudara bisa dipakai Tuhan kalau suadara adalah orang yang malas! Sebaliknya kalau saudara dipanggil oleh Tuhan untuk melayani pendeta, evangelis, majelis, pengurus komisi, aktivis gereja, panitia pembangunan, dan jemaat, bekerjalah dengan rajin, jangan malas karena Tuhan tidak suka memakai orang yang malas. b. Elisa kelihatannya adalah seorang cukup kaya / anak seorang kaya. Dari mana kita tahu bahwa ia kaya / anak orang kaya? 1 Raja-Raja 1919 - Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas….” Memiliki 12 pasang lembu memang tidak menunjukkan bahwa dia kaya, tetapi bahwa dia membutuhkan 12 pasang lembu 24 ekor lembu untuk membajak lahannya, menunjukkan bahwa lahannya sangat luas dan lahan yang luas tentu memberikan hasil yang banyak apalagi menurut 1 Raj 1916, ia berasal dari Abel Mehola, dan daerah Abel Mehola adalah daerah sekitar Yordan yang terkenal sangat subur. Jadi kelihatannya memang Elisa adalah orang yang cukup kaya atau anak dari seorang yang kaya. Menariknya adalah biar pun dia orang yang kaya / anak dari seorang kaya, dia sendiri adalah orang yang rajin bekerja. Bandingkan dengan banyak anak orang kaya yang malas dan hanya bisanya menghambur-hamburkan uang orang tua saja. Dikatakan bahwa dia membajak dengan 12 pasang lembu di mana 11 pasang dijalankan oleh orang lain sedangkan dia sendiri menjalankan pasangan lembu yang ke 12. 1 Raja-raja 1919 - Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas….” Biar pun ini menarik, bukan itu yang mau saya tekankan. Yang menjadi tekanan saya adalah bahwa ketika mendapatkan panggilan dari Tuhan, Elisa meninggalkan semua kekayaan itu dan lalu mengikuti Elia. Perhatikan baik-baik bahwa pekerjaan yang ditekuni Elisa maupun kekayaan yang dimilikinya tidak menjadi penghalang bagi dia untuk melayani Tuhan. Pasti kesediaan dia untuk melayani Tuhan berdampak pada kerugian secara materi sebagaimana dikatakan Clarke Adam Clarke – Elisa pasti memiliki lahan yang cukup luas ketika ia membajak dengan dua belas pasang lembu untuk mengusahakan tanahnya itu. Karena itu, jika ia mematuhi panggilan kenabian, dia melakukannya dengan kerugian sekuler yang cukup besar. Tetapi semuanya itu tidak menjadi sesuatu yang memberatkan dia karena melayani Tuhan adalah suatu kehormatan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Tadi kita sudah belajar bahwa Tuhan memang senang memakai orang yang rajin, Tuhan tidak suka dengan orang yang malas, tetapi Tuhan juga tidak suka orang yang “kerajinan” sampai mengabaikan Tuhan atau memakai alas an kerjanya untuk tidak melayani Tuhan. Memang kalau saudara bekerja pada orang / kantor tertentu, saudara tidak bisa mengatur waktu sendiri. Kalau itu yang terjadi saudara harus pandai-pandai mencari kesempatan untuk melayani Tuhan. Tetapi kalau pekerjaan itu diatur sendiri oleh saudara, maukah saudara mengutamakan pekerjaan Tuhan daripada pekerjaan saudara sendiri? Dari contoh-contoh orang-orang yang dipanggil Tuhan sudah saya tunjukkan di atas bahwa mereka adalah orang-orang yang bekerja tetapi mereka tidak menjadikan pekerjaan mereka sebagai alasan untuk menolak panggilan Tuhan. Demikian juga dengan Elisa. Pulpit Commentary - Pada waktu melakukan pekerjaannya ia dipanggil oleh Allah. Bisnis tidaklah baik jika itu menghalangi kita untuk mendengar suara Allah. Bukan hanya pekerjaan, kekayaan seringkali menjadi penghambat orang mengikuti / melayani Tuhan. Itulah sebabnya Yesus berkata orang kaya sukar masuk kerajaan surga. Saya pernah berkhotbah tentang Zakheus Luk 19 dan saya angkat 3 point di sana yakni 1. Kekayaan harus dihasilkan dengan cara yang halal jangan seperti Zakheus yang mendapatkannya dengan cara yang tidak baik/korupsi sebagai seorang pemungut cukai. 2. Kekayaan tidak boleh menjadi penghalang bagi kita untuk datang kepada Yesus Zakheus orang kaya tetapi mau datang pada Yesus 3. Kekayaan tidak boleh dinikmati sendiri tetapi harus dipakai untuk menolong orang lain Zakheus rela membagi setengah hartanya dentgan orang-orang miskin. Yang mau saya soroti adalah point 2 nya di mana harta kekayaan yang melimpah tidak jadi penghalang bagi Zakheus untuk bertemu dengan Yesus. Kiranya kita juga belajar dari Zakheus dan juga Elisa supaya kekayaan kita / harta kita tidak menjadi penghalang kita mengikuti Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan. Maukah saudara? II. PANGGILAN TERHADAP ELISA DAN RESPONNYA. Tadi sudah saya katakan bahwa sebenarnya Tuhan yang memanggil Elisa. Elia hanya dipakai sebagai alat-Nya saja. Lalu bagaimana cara Elia memanggil Elisa? 1 Raja-Raja 1919-20 - Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. 20 Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya "Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau." Jawabnya kepadanya "Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu." Perhatikan bahwa yang dilakukan oleh Elia hanyalah melemparkan jubahnya tanpa mengeluarkan kata-kata panggilan pada Elisa. Tetapi kelihatannya Elisa mengerti apa yang dimaksudkan oleh Elia sehingga ia lalu meminta izin untuk pamitan dengan orang tuanya. Jubah yang dilemparkan Elia adalah jubah seorang nabi. Perlu diketahui bahwa pada waktu itu seorang nabi mempunyai pakaian/jubah khusus yakni jubah berbulu. Zakh 134 - Pada waktu itu para nabi masing-masing akan mendapat malu oleh karena penglihatannya sebagai nabi, dan tidak ada lagi dari mereka yang mengenakan jubah berbulu untuk berbohong Dan Elia memilikinya 2 Raja-raja 17-8 – 7 Lalu bertanyalah ia kepada mereka "Bagaimanakah rupa orang yang telah datang menemui kamu itu dan yang mengatakan perkataan ini kepadamu?" 8 Jawab mereka kepadanya "Seorang yang memakai pakaian bulu, dan ikat pinggang kulit terikat pada pinggangnya." Maka berkatalah ia "Itu Elia, orang Tisbe!" Demikian juga Yohanes Pembaptis Matius 34 - Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Nah adalah kebiasaan pada saat itu di Timur bahwa jika seorang nabi membuang jubahnya kepada seseorang, itu berarti bahwa orang itu dipilih untuk menjadi pelayan dari nabi itu atau bahkan untuksuatu tugas kenabian. Pulpit Commentary - Jubah nabi adalah tanda dari pekerjaan nabi’ Keil. Karena itu, melemparkan jubah itu kepada atau ke atas Elisa merupakan suatu cara yang tepat / cocok dan berarti untuk menunjuknya pada jabatan nabi. Pada waktu Elia naik ke surga, Elisa mendapatkan seluruh jubah itu’ 2Raja-raja 213 Henry. Pulpit Commentary - Pelemparan jubah Elia kepada Elisa merupakan tanda bahwa ia harus mengikutinya’, mula-mula sebagai pelayannya, dan akhirnya menjadi penggantinya. Karena itu, jubah itu menjadi milik Elisa sepenuhnya pada waktu tuan’nya diambil dari kepalanya’ 2Raja 23,13. Itulah sebabnya Elisa langsung mengerti maksud Elia ketika Elia melemparkan jubahnya padanya. Lalu bagaimana respon Elisa terhadap panggilan tersebut? a. Elisa bersedia mengikuti panggilan tersebut. 1 Raja-raja 1920 - Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia,…” Mengapa Elia begitu cepat sekali berespon? Dalam Pulpit Commentary dikatakan bahwa Elisa sendiri sebenarnya telah mengeluh dan bergumul tentang kondisi bangsanya pada saat itu dan karena itu ketika mendapatkan panggilan untuk melayani, ia langsung segera menerimanya. Pulpit Commentary - Tidak diragukan lagi ia pun telah lama mengeluh dan berdoa mengenai penurunan moral dari negaranya dan aib yang dilakukan terhadap Allahnya. Karena itu pada waktu dipanggil, ia langsung mau. Ada banyak orang yang prihatin dengan keadaan kekristenan / gereja Tuhan, banyak tidak puas dengan pelayanan gereja, banyak mengkritik, dsb tetapi tidak mau terlibat dalam pelayanan. Ini prihatin yang omong kosong! Kalau saudara tahu ada kekurtangan-kekurangan dalam pelayanan gereja ini, maukah saudara turun tangan untuk mengisi pelayanan itu? Atau hanya bisa prihatin dan banyak protes saja? Teladanilah Elisa dalam hal ini! b. Elisa meminta izin untuk pamitan dengan orang tuanya. 1 Raja-Raja 1920 - Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya "Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau."…” Jadi di sini Elisa meminta izin terlebih dahulu untuk pamitan dengan orang tuanya. Bagaimana jawaban Elia? 1 Raj 1920 – “…Jawabnya kepadanya "Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu." Ini terjemahan yang salah, karena kata-kata baiklah’ dan ingatlah’ sebetulnya tidak ada, dan bagian terakhir dari kalimat ini sebetulnya merupakan kalimat tanya. Bandingkan KJV “And he said unto him, Go back again for what have I done to thee?” Dan iaberkata kepadanya Kembalilah lagi karena apa yang telah kulakukan kepadamu?. RSV “And he said to him, Go back again; for what have I done to you?’” Dan ia berkata kepadanya Kembalilah lagi; karena apa yang telah kulakukan kepadamu?. NIV “Go back,’ Elijah replied. What have I done to you?’” Kembalilah, jawab Elia, Apa yang telah kulakukan kepadamu?. NASB “And he said to him, Go back again, for what have I done to you?’” Dan ia berkata kepadanya Kembalilah lagi, karena apa yang telah kulakukan kepadamu?. Kalau begitu, apa arti dari kata-kata Elia ini? Ada 2 penafsiran tentang ini 1. Tafsiran yang bersifat negatif. Barnes mengatakan bahwa Elia tidak senang dengan permintaan Elisa ini, dan karena itu memberikan jawaban yang dingin di sini. Ini seperti reaksi Yesus kepada seorang yang meminta ijin untuk pamitan denganorang tuanya dalam Luk 961-62. Lukas 961-62 – 61 Dan seorang lain lagi berkata "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." 62 Tetapi Yesus berkata "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Jadi, kata-kata ini diartikan sebagai berikut “Kembalilah kepada bajakmu, mengapa kamu meninggalkannya? Mengapa meninggalkan teman-temanmu dan datang kepadaku? Apa yang telah kulakukan kepadamu yang mengharuskan engkau berkorban seperti itu? Aku tidak melakukan apa-apa kepadamu, dan karena itu kamu boleh tinggal. Keberatan Sukar dibayangkan bahwa seseorang harus mengabaikan orang tuanya sampai pada tingkat seperti itu. Tetapi dalam Lukas 961-62 kelihatannya Yesus juga melarang seseorang yang mau mengikuti-Nya untuk pamitan dengan keluarganya! Mungkin ini disebabkan karena Ia tahu bahwa kalau orang itu pamitan, maka keluarganya akan menahan dia, sehingga tidak jadi mengikuti-Nya. 2. Tafsiran yang bersifat positif. Pulpit Commentary - Tidak ada satu kata pun yang bersifat menegur / menghardik di sini, ... Dan memang aneh kalau di sini ada teguran / hardikan. Elisa tidak bisa menunjukkan kesediaan yang lebih besar untuk mentaati panggilan untuk menjadi nabi itu. ... Memang ia meminta izin – dan mengapa tidak? ... Tetapi di sini tidak ada bukti akan adanya hati yang mendua’. Andai kata ia memohon untuk tinggal dan menguburkan ibu dan bapanya Lukas 959-61 maka itu persoalan lain. Tetapi ia tidak memberikan kesan seperti itu. Ia berkata Satu ciuman, satu ucapan perpisahan, dan lalu aku akan mengikuti engkau. Jadi Pulpit Commentary menafsirkan kata-kata Elia ini sebagai berikut “Kembalilah dan ciumlah mereka, mengapa tidak? Karena apa yang telah aku lakukan untukmu? Aku hanya memanggilmu untuk mengikuti aku. Tetapi aku tidak menyuruhmu untuk menyangkal / tak mengakui darah dagingmu sendiri”. Saya lebih setuju dengan tafsiran kedua ini! Tindakan Elisa untuk pamitan dan mencium kedua orang tuanya menunjukkan bahwa ia adalah seorang anak yang sangat mengasihi orang tuanya. Kesediaannya untuk melayani Tuhan tidak lantas menjadikan dia menjadi anak yang tidak berbakti atau tidak peduli dengan keluarganya. Ada banyak orang yang karena melayani Tuhan lalu mengabaikan dan tidak mempedulikan keluarganya. Ini sesuatu yang salah! Yesus sendiri datang ke dalam dunia untuk melayani, tetapi itu tidak membuat Dia mengabaikan keluarganya ibu-Nya Maria dan saudara-saudara-Nya dan karenanya Dia bekerja sebagai tukang kayu untuk memenuhi kebutuhan mereka. Bahkan di akhir hidup-Nya, di atas kayu salib, Ia masih memikirkan ibu-Nya dan karenanya menitipkannya pada Yohanes. Yohanes 1927 - Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Jadi alasan melayani Tuhan tidak boleh membuat orang mengabaikan keluarganya, kecuali jikalau keluarganya menjadi penghambat baginya untuk melayani Tuhan. Dalam kasus seperti itu berlaku ayat berikut Matius 1037 - Barang siapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barang siapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Kisah Para Rasul 529 – “…."Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. 1 Samuel 229 – “…mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku…”Tetapi dalam kondisi yang normal, pelayanan kepada Tuhan tidak harus membuat seseorang mengabaikan tanggung jawabnya kepada keluarganya. c. Elisa rela melepaskan segala sesuatu demi melayani Tuhan. Kita tidak tahu apakah setelah jawaban Elia itu Elisa pergi pamitan dengan orang tuanya atau tidak, tetapi yang pasti Elisa meninggalkan mereka demi pelayanan kepada Tuhan. Ia juga meninggalkan rumahnya dan pekerjaannya. Memang tidak semua orang dipanggil untuk meninggalkan segala pekerjaannya. Matius dipanggil menjadi murid Yesus dan karena itu ia meninggalkan pekerjaannya sebagai pemungut cukai, tetapi tidak pernah kita jumpai perintah dari Yesus agar Zakheus berhenti jadi pemungut cukai. Tetapi persoalannya adalah kalau Tuhan memang mau kita meninggalkan semuanya, apakah kita bersedia? Persoalan di sini bukan apakah kita disuruh meninggalkan semuanya atau tidak tetapi apakah hati kita bersedia untuk itu atau tidak? Ada satu hal yang menarik untuk diperhatikan. Kalau kita asumsikan bahwa Elisa pamitan kepada orang tuanya, maka kelihatannya orang tuanya tidak menghalanginya untuk mengikuti Elia. Di sini penting juga untuk kita renungkan bahwa kita tidak boleh menjadi penghalang bagi keluarga kita yang memang mau dipakai oleh Tuhan untuk melayani Dia. Pulpit Commentary - Orang tua Elisa tidak kelihatan menghalangi dia. Orang tua yang di bawah pengaruh duniawi menghalangi anak mereka untuk menanggapi panggilan Allah untuk masuk ke dalam pelayanan, mendatangkan tanggung jawab yang menakutkan kepada diri mereka sendiri. Adam Clarke - Celakalah orang tua yang berjuang, demi uang yang kotor, untuk mencegah anak mereka menerima panggilan untuk memberitakan Yesus kepada orang sebangsa mereka yang sedang menuju kepada kebinasaan, atau kepada orang kafir, karena mereka melihat bahwa hidup dari seorang penginjil yang sejati adalah suatu hidup yang relatif miskin, dan mereka lebih menginginkan bahwa ia mencari / menghasilkan uang dari pada menyelamatkan jiwa. Jikalau tadi saya katakan bahwa tugas pelayanan tidak boleh menjadikan seseorang mengabaikan keluarganya, maka di sini perlu juga dikatakan bahwa setiap kita tidak boleh menjadi penghalang / penghambat bagi anggota keluarga kita suami, istri, orang tua, anak-anak untuk melayani Tuhan. Ada satu tindakan Elisa yang menarik untuk diperhatikan yakni ia menyembelih lembunya dan menggunakan bajaknya sebagai kayu api untuk memasak lembu itu. 1 Raja-Raja 1921 – Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka….” Pulpit Commentary - Adalah lebih penting untuk melihatnya sebagai suatu tindakan simbolis, pernyataan Elisa untuk membuang sepenuhnya panggilan / pekerjaan duniawinya. Mulai saat ini ia tidak memerlukannya lagi. Maksud dari Pulpit Commentary adalah dengan menyembelih lembu yang dipakainya dengan menggunakan kayu bajaknya, sebenarnya Elisa mau menunjukkan bahwa ia tidak membutuhkan lembu dan bajak itu lagi mulai dari sekarang. Mungkin tindakan Elisa ini seperti tindakan John Sung yang membuang semua ijazahnya ke laut waktu ia memutuskan untuk memenuhi panggilan Tuhan untuk melayani Tuhan. Note Tindakan John Sung di sini tidak boleh diikuti, karena zamannya sudah berbeda. Sekarang hamba Tuhan harus bersekolah dan berijazah. Bandingkan dengan Petrus dkk. yang pada waktu dipanggil, hanya meninggalkan tetapi tidak menghancurkan peralatan menangkap ikan Mat 418-22. Karena itu pada waktu Yesus mati, mereka kembali menjala ikan Yohanes 211-dst. Pulpit Commentary memberikan komentar tentang tindakan Elisa sebagai berikut Pulpit Commentary - Ia membakar kapal di belakangnya. Adalah baik bagi Gereja Kristus jika pelayan-pelayannya bertindak sama. Pencobaan untuk menambah penghasilan yang hanya sedikit dengan berdagang, khususnya di antara misionaris, pasti besar; tetapi seseorang tidak bisa menjadi setengah pendeta, dan tidak boleh terjerat dengan urusan / pekerjaan dari hidup ini. Beberapa dari pendeta-pendeta Swiss telah menjadi penjaga hotel, tetapi jika mereka untung, agama tidak. Dari semua tuan, agama dan bisnis adalah dua hal yang paling tidak bisa dilayani bersama-sama. Lalu bagaimana dengan Paulus sendiri yang juga bekerja sebagai tukang kemah sambil melayani Tuhan? Itu dibenarkan jika keadaan memaksa! Itulah sebabnya gereja harus memenuhi kebutuhan hamba Tuhannya sehingga hamba Tuhannya tidak pusing dengan kehidupannya dan dapat mencurahkan seluruh perhatiannya pada pekerjaan pelayanan. Tetapi jika gereja tidak memperhatikannya dan hamba Tuhan itu kekurangan, hamba Tuhan itu boleh bekerja yang lain. Semua konsekuensi dari bekerjanya hamba Tuhan adalah konsekuensi dari jemaat. Lepas dari semua itu, Elisa sudah meninggalkan segala yang penting dalam hidupnya untuk melayani Tuhan. Apakah saudara mempunyai hati seperti Elisa? d. Elisa menjadi pelayan Elia. Elisa akhirnya mengikuti Elia dan menjadi Raja-raja 1921 – “…Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya. BIS – “…Setelah itu Elisa pergi mengikuti Elia dan menjadi pembantunya. Menarik, Elisa dipanggil untuk suatu tugas kenabian, tetapi untuk jangka waktu yang lama, ia tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan nabi. Ia baru melakukan semua itu setelah Elia terangkat ke surga. Ia bekerja hanya sebagai pelayan / pembantu Elia. Bandingkan 2 Raja-raja 311 - Tetapi bertanyalah Yosafat "Tidak adakah di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk TUHAN?" Lalu salah seorang pegawai raja Israel menjawab, katanya "Di sini ada Elisa bin Safat, yang dahulu melayani Elia." Kata-kata “melayani Elia” di sini terjemahan hurufiahnya adalah mencurahkan air ke tangan Elia. NIV - Elisha son of Shaphat is here. He used to pour water on the hands of Elijah’ Elisa anak Safat ada di sini. Ia dulunya mencurahkan air ke tangan Elia. TL “… Adalah di sini Elisa bin Safat, yang dahulu mencucurkan air pembasuh kepada tangan Elia. Jadi pekerjaan Elisa sangatlah rendah. Ia biasa mencurahkan air ke tangan Elia setiap kali Elia hendak mencuci tangan. Ini jelas bukan sesuatu yang mudah bagi Elisa yang tadinya adalah orang kaya! Tadinya ia mempunyai pelayan, sekarang ia menjadi pelayan! Hal seperti ini memang sering terjadi Yosua adalah pemimpin Israel setelah Musa mati, tetapi ia mula-mula juga menjadi pelayan Musa Keluaran 2413 Yosua 11. Yosua 2413 - Lalu bangunlah Musa dengan Yosua, abdinya, maka naiklah Musa ke atas gunung Allah itu. Yosua 11 - Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu Kata “abdi” di sini dalam Alkitab TL di sebut “hamba”. Samuel boleh dikatakan menjadi pelayan Eli 1 Sam 3. Markus / Yohanes menjadi pembantu Barnabas dan Paulus Kisah Para Rasul 135. Kis 135 - Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi. Dan Yohanes menyertai mereka sebagai pembantu mereka. Mungkin semua ini dimaksudkan untuk belajar melayani dan sekaligus melatih kerendahan hati / penyangkalan diri. Anonim – Pada mulanya Elisa tidak diberikan pekerjaan-pekerjaan besar – hanya tugas-tugas biasa. Akan tetapi dia menunjukkan kerelaannya untuk melakukan apa saja yang Tuhan suruh. Setiap hari dia belajar dari seorang yang ahli di dalam memenangkan jiwa. Perbincangan-perbincangan antara Elia dan Elisa sudah pasti tidak terlupakan. Ini penting sekali bagi kita! Jikalau saudara mau melayani Tuhan, tidak usah memikirkan yang muluk-muluk seperti berkhotbah, mengajar, KKR, dll, saudara bisa melayani Tuhan dengan hal-hal yang kecil dan remeh tukang parkir, ngepel lantai, koster gereja, penerima tamu, pengatur kursi atau bahkan seperti seorang pesuruh sekalipun. Pekerjaan-pekerjaan tersebut kelihatan begitu remeh dan rendah, tetapi kalau saudara rela melakukannya demi kemajuan pekerjaan Tuhan, saudara sama seperti melayani Tuhan! Pekerjaan seperti itu jarang diperhatikan oleh manusia, tetapi Tuhan pasti memperhatikannya. Michelangelo, yang sibuk melukisi sudut yang tak terlihat di Kapel Sistine ditanya oleh orang-orang yang membantunya mengapa ia membuang banyak waktu untuk mempercantik bagian langit-langit yang tak mungkin dilihat orang. Dengan tenang ia menjawab, "Allah melihatnya". Kesimpulan / Penutup. Waktu Elisa dipanggil, ia rela mengorbankan segala-galanya, dan ia pergi melayani Tuhan. Bagaimana dengan saudara? Maukah saudara juga sungguh-sungguh melayani Tuhan dengan mengorbankan apa pun juga? Ingat, jangan mengubur talenta’ saudara!. DIPANGGIL TUHAN UNTUK MELAYANI 1 RAJA-RAJA 1919-21. - AMIN -

Tuhanmemanggil kita bukan hanya untuk diselamatkan, namun juga berada dalam sebuah relasi kasih. Tuhan mengasihi kita, dan kita dipanggil untuk mengasihi Tuhan dan saling mengasihi. Karena itu seorang murid Kristus akan mempunyai ciri khas yaitu dia akan terus belajar untuk mengenal Kristus dan menghidupi setiap Firman yang diajarkan oleh Kristus.

fTE3p5.
  • ht40du5fwq.pages.dev/310
  • ht40du5fwq.pages.dev/154
  • ht40du5fwq.pages.dev/291
  • ht40du5fwq.pages.dev/191
  • ht40du5fwq.pages.dev/443
  • ht40du5fwq.pages.dev/143
  • ht40du5fwq.pages.dev/45
  • ht40du5fwq.pages.dev/290
  • khotbah dipanggil untuk melayani